Gerak Parabola Dalam Analisis Kinematika Vektor
Gerak Parabola atau Gerak Peluru adalah salah satu pembahasan
fisika di kelas XI IPA di SMA. Pembelajaran ini ditempatkan pada KD
yang pertama di semester 1 dan dimasukkan bersama-sama dengan
pembahasan kinematika vektor. Hanya saja ada sesuatu yang kurang pas,
karena pembahasan gerak parabola yang ada di buku-buku fisika atau yang
diajarkan di sekolah oleh guru-guru fisika tidaklah melibatkan
analisis vektornya secara lengkap. Yang divektorkan hanyalah kecepatan
awalnya saja (Vo) yang diubah menjadi kecepatan pada sumbu x (Vo
cos(alpha)) dan pada sumbu y (Vo sin(alpha)).
Pada
tulisan ini, Gurufisikamuda akan mencoba membahas gerak parabola dalam
analisis kinematika vektor yang sebenarnya, dan akan terasa lebih
nyambung jika kita memasukkan analisis vektor sejak awal pembahasan
gerak parabola. Kira-kira seperti ini :
Sepanjang benda
bergerak dengan lintasa parabola, maka hanya ada satu jenis percepatan
yang mempengaruhi gerakan benda, yaitu percepatan gravitasi yang
arahnya ke bawah, ke arah sumbu y negatif, atau bisa kita tuliskan
sebagai berikut :
a = 0 i + (-g) j m/s2
ini
adalah persamaan vektor percepatan dari gerak parabola. Karena tidak
ada percepatan pada sumbu y, maka kita menuliskan angka 0. Kenapa di
tulis? Karena benda bergerak juga di sumbu x, jadi sebaiknya ditulis
saja angka 0-nya.
Mari kita lihat vektor kecepatannya. Menurut
pemahaman kinematika vektor, vektor kecepatan adalah hasil dari
pengintegralan vektor percepatan, maka kita integralkan vektor
percepatan di atas dan akan menghasilkan :
v = Cx i
+ (-gt + Cy) j m/s
Dengan Cx dan Cy adalah konstanta
pengintegralan dari masing-masing sumbu koordinat. Nilai Cx dan Cy
adalah nilai kecepatan mula-mula pada masing-masing sumbu, jadi bisa
kita terapkan Cx = Vo cos(alpha) dan Cy = Vo sin(alpha), dimana alpha
adalah sudut elevasi lemparan. Maka vektor kecepatan yang lengkap
adalah :
v = Vo cos(alpha) i + (-gt + Vo
sin(alpha)) j m/s
Inilah vektor kecepatan gerak parabola di
setiap titik dan di setiap waktu.
Mari kita analisis dulu arti fisis dari vektor
kecepatan ini. Gerakan benda pada sumbu x sama sekali tidak melibatkan
faktor waktu, artinya dari detik ke-0 sampai detik ke-t, kecepatan
benda tidak berubah, selalu Vo cos(alpha), hal ini menyatakan gerak
pada sumbu x adalah Gerak Lurus Beraturan (GLB). Sementara kecepatan
benda di sumbu y dipengaruhi oleh waktu secara linier, artinya gerak
pada sumbu y adalah Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Maka gerak
parabola adalah gabungan dari gerak GLB pada sumbu x dan gerak GLBB
pada sumbu y.
Selain itu. kecepatan pada sumbu y
mengindikasikan hal yang lain, yaitu kecepatannya paling besar pada t =
0, yaitu Vo sin(alpha), setelah itu kecepatan ini makin berkurang
terus dengan faktor g.t sampai akhirnya kecepatan di sumbu y bisa
menjadi 0 dan semakin lama kembali menjadi semakin besar. Pada saat
kecepatannya 0 ini adalah ketinggian maksimum yang bisa dicapai oleh
benda. Masukkan saja
Vy =0
-gt
+ Vo sin(alpha) = 0
t = Vo
sin(alpha) / g
ini adalah waktu yang diperlukan benda untuk
mencapai titik tertinggi, kita sebut saja waktu ini sebagai tp. Karena
lintasan benda adalah parabola yang simetri, maka waktu benda jatuh
kembali ke tanah adalah 2tp.
Vektor kecepatan juga memudahkan untuk mencari
kecepatan benda di setiap titik, karena kita memiliki rumus besar
vektor, yaitu :
V = akar( (Vo cos(alpha))^2 + (-gt + Vo
sin(alpha))^2 )
Sekarang mari kita lihat vektor posisinya.
Pemahaman kinematika vektor menyatakan bahwa vektor posisi adalah hasil
pengintegralan vektor kecepatan, maka tinggal diintegralkan saja
vektor kecepatan gerak parabola di atas maka kita akan mempunyai vektor
posisi sbb. :
r = (Vo.t cos(alpha) + Cx) i +
(-1/2 gt^2 + Vo.t sin(alpha) + Cy) j m
Cx
dan Cy tentu saja adalah konstata integral yang artinya adalah nilai
posisi mula-mula. Karena posisi mula-mula kita hitung dari posisi
koordinat awal, maka tentu Cx dan Cy adalah 0, maka vektor posisi yang
lengkap adalah :
r = Vo.t cos(alpha) i + (-1/2
g.t^2 + Vo.t sin(alpha)) j m
vektor ini menyatakan jarak yang ditempuh benda
sepanjang sumbu x dan sumbu y. Dari sini kita bisa menentukan nilai
ketinggian maksimum (h maks). Caranya masukkan nilai tp ke posisi pada
sumbu y :
h maks = -1/2 g.tp^2 + Vo.tp sin(alpha)
h maks = -1/2 g.(Vo sin(alpha) / g)^2 + Vo.(Vo
sin(alpha) / g) sin(alpha)
otak atik sdikit, maka diperoleh :
h
maks = Vo^2.sin(alpha)^2 / 2g
Inilah ketinggian maksimum yang mampu dicapai
oleh benda. Lalu bagaimana dengan jarak titik jatuhnya? Masukkan waktu
jatuh (2tp) ke dalam posisi di sumbu x, maka :
x
maks = Vo.(2tp).cos(alpha)
x maks =
Vo.(2.Vo sin(alpha)/g).cos(alpha)
otak-atik sdikit, maka diperoleh :
x maks =
2.Vo^2.sin(alpha).cos(alpha) / g
atau
dengan menerapkan persamaan trigonometri : sin(2.alpha) =
2.sin(alpha).cos(alpha), maka :
x
maks = Vo^2.sin(2.alpha) / g
Persamaan
kinematika vektor untuk gerak parabola di atas boleh dikatakan adalah
persamaan sakti untuk gerak parabola, karena melalui 3 persamaan
tersebut di atas (percepatan, kecepatan dan posisi) maka kita bisa
menganalisis gerakan parabola yang terjadi, baik pada masa lalu,masa
sekarang dan masa depan. Woooww... luar biasa bukan persamaan kinematika
vektor....
Hanya saja persamaan di atas
tidak memperhitungkan satu hal, yaitu pengaruh hambatan udara. Jika
kita masukkan hambatan udara, maka pembahasan akan membutuhkan
perhitungan kalkulus yang lebih lanjut (seperti yang dibahas
Gurufisikamuda pada artikel GJB
+ gaya Gesekan Udara?) dan bentuknya bukan lagi parabola sempurna,
meskipun demikian hal inilah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
yang real. Apalagi jika ingin menganalisis misalnya pergerakan rudal
antar benua yang gerakan parabolnya menempuh ribuan kilometer, maka
efek gaya coriolis Bumipun perlu diperhitungkan.
Rangkuman Materi Momentum Impuls
Standar Kompetensi1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titikKompetensi Dasar1.7 Menunjukkan hubungan antara konsep impuls dan momentum untuk menyelesaikan masalah tumbukan
Indikator Pencapaian Kompetensi1. Memformulasikan teorema momentum-impuls dalam berbagai masalah
2. Mengaplikasikan teorema momentum impuls dalam kehidupan sehari-hari
3. Memformulasikan hukum kekekalan momentum untuk sistem yang terpisah atau terpecah (meledak)
4. Mendefinisikan konsep koefisien restitusi
5. Mengintegrasikan hukum kekekalan energi, kekekalan momentum dan koefisien restitusi untuk berbagai peristiwa, yaitu : tumbukan lenting sempurna dan tumbukan tidak lenting sama sekali dan tumbukan lenting sebagian.
Indikator pencapaian SKL (Untuk UN)Menentukan besaran-besaran fisis yang terkait dengan hukum kekekalan momentum
Urutan Materi Pembelajaran1. Teorema Momentum Impuls
2. Hukum Kekekalan Momentum
3. Koefisien Restitusi dan Jenis-jenis tumbukan
4. Tumbukan 2 benda
TEOREMA IMPULS-MOMENTUMMomentum (p) didefinisikan sebagai suatu ukuran kesukaran untuk mengubah keadaan gerak suatu benda. (Cat : bandingkan dengan definisi massa inersia : suatu ukuran kesukaran untuk menggerakkan suatu benda)
Secara matematis momentum didefinisikan sebagai :
Dimana p adalah momentum (kg.m/s), m adalah massa benda (kg), dan v adalah kecepatannya (m/s).
Momentum adalah besaran vektor! Perhatikan arah!
Impuls (I) didefinisikan sebagai besarnya perubahan momentum yang disebabkan oleh gaya yang terjadi pada waktu singkat, sehingga dapat dituliskan sebagai :
persamaan tersebut dikenal sebagai Teorema Impuls-Momentum
Definisi lain dari impuls (diperoleh dari penurunan Hukum II Newton) adalah hasil kali antara gaya singkat yang bekerja pada benda dengan waktu kontak gaya pada benda (biasanya sangat kecil), sehingga bisa juga ditulis sebagai :
Dengan satuan I adalah N.s. Jadi Teorema Impuls-Momentum dapat dinyatakan dalam bentuk berikut :
HUKUM KEKEKALAN MOMENTUMBerdasarkan Hukum kedua Newton, maka diketahui bahwa momentum suatu sistem adalah kekal (selama tidak ada gaya lain yang bekerja pada sistem), maka Hukum Kekekalam Momentum dapat ditulis sebagai :
atau untuk menyederhanakan penulisan digunakan notasi
Hukum kekekalan momentum ini dapat digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah :
1. Tumbukan antara dua benda (tabrakan mobil, tumbukan bola-bola, tumbukan bola-dinding, dll.)
2. Pemisahan antara dua benda (mis: dua orang berpelukan lalu saling mendorong satu sama lain, peluru yang keluar dari sebuah senapan, dll.).
3. Ledakan bom yang terpecah menjadi dua bagian atau lebih.
4. Penyatuan dua benda ( mis: orang yang naik ke perahu, dua benda bertumbukan lalu menempel, dll.)
KOEFISIEN RESTITUSI & JENIS-JENIS TUMBUKANKoefisien restitusi (e) didefinisikan sebagai perbandingan perubahan kecepatan benda sesudah bertumbukan dan sebelum bertumbukan, atau :
Koefisien restitusi tidak memiliki satuan dan nilainya dari 0 s/d 1. Nilai negatif diperlukan untuk ‘mempositifkan’ nilai e, karena Δv’ bernilai negatif (arah berlawanan dengan Δv). Jika :
e = 1 => Tumbukan Lenting/elastis Sempurna. Tidak ada penyerapan energi, maka berlaku Hukum Kekekalan Energi Kinetik (EK = EK’)
0 < e < 1 => Tumbukan Lenting/elastis Sebagian, ada penyerapan energi. EK ≠EK’
e = 0 ==> Tumbukan tidak lenting/tidak elastis sama sekali, energi terserap secara maksimal. EK ≠EK’
Contoh :
Jika benda dilempar ke dinding dengan kecepatan 40 m/s lalu memantul kembali dengan kecepatan 40 m/s, maka tumbukan tersebut memiliki koefisien restitusi e = 1 dan disebut Tumbukan Lenting Sempurna
Jika benda dilempar ke dinding dengan kecepatan 40 m/s lalu memantul kembali dengan kecepatan 10 m/s, maka tumbukan tersebut memiliki koefisien restitusi e diantara 0 dan 1 dan disebut Tumbukan Lenting Sebagian
Jika benda dilempar ke dinding dengan kecepatan 40 m/s lalu menempel pada dinding, maka tumbukan tersebut memiliki koefisien restitusi e = 0 dan disebut Tumbukan tidak Lenting Sama sekali
Catatan : Untuk kasus dua buah benda bertumbukan, maka rumus koefisien restitusi menjadi :
TUMBUKAN DUA BUAH BENDABentuk persamaan Hukum Kekekalan Momentum menjadi :
Catatan pengerjaan soal :
1. Perhatikan arah gerakan benda, beri tanda negatif atau positif pada kecepatan sesuai dengan arah yang disepakati. Sebaiknya soal digambarkan supaya tidak salah menerapkan positif dan negatif.
2. Penyelesaian biasanya menggunakan 2 buah persamaan yang di substitusi dan eliminasi. Persamaan pertama diperoleh dari Hukum Kekekalan Momentum dan persamaan kedua diperoleh dari rumus koefisien restitusi.
3. Jika tumbukan bersifat lenting sempurna, maka bisa digabungkan dengan Hukum Kekekalan Energi Kinetik, yaitu :
4. Jika tumbukan bersifat tidak lenting sama sekali, maka :
v1’ = v2’ = vC = Kecepatan bersamaUntuk hal ini tidak usah masuk ke persamaan koefisien restitusi.
KASUS KHUSUS 1 :
Jika massa benda sama, maka kecepatan akhir masing-masing benda besarnya akan bertukar dengan kecepatan awal.
Mis : Dua buah benda dengan massa yang sama (5 kg) saling bertumbukan. Kec awal benda masing-masing v1 = 20 m/s, v2 = -30 m/s, maka berapakah kecepatan akhir masing-masing benda? Jawabannya : v1 = -30 m/s, v2 = 20 m/s (saling bertukar dengan awal)
KASUS KHUSUS 2 :
Bola dilepas di atas lantai dari ketinggian h lalu memantul kembali hingga ketinggian h’ (h’ tidak mungkin lebih besar dari h! Mengapa?). Maka besar koefisien restitusi dari bola dan lantai adalah :
Gerak Jatuh Bebas + Gaya Gesekan Udara ?
Pada pembahasan dan soal-soal Gerak Jatuh Bebas (GJB) di
SMA (Kelas X) biasanya tidak pernah menyertakan gaya gesekan dalam
perhitungannya, atau gaya gesekan diabaikan, padahal gaya gesekan itu
pasti ada dan tidak bisa diabaikan begitu saja dalam Gerak Jatuh Bebas
yang sebenarnya. Jadi pada postingan kali ini saya akan mencoba
memasukkan faktor gaya gesekan udara pada GJB.
Mengenai gaya gesekan udara, tentu sudah pernah disinggung
ketika kita mempelajari Fluida Statis di kelas XI IPA Semester 2 di
bagian yang terakhirnya, yaitu mengenai kekentalan fluida dan Hukum
Stokes, yaitu :
F = k.eta.v
k adalah konstanta yang bergantung bentuk benda, jika benda
berbentuk bola, maka k = 6.pi.r
eta adalah koefisien viskositas, dalam hal ini adalah
udara, yang secara normal nilainya 1,8 x 10^-5 kg/ms
v adalah kecepatan benda
Jadi dari rumus di atas kita memperoleh beberapa prinsip,
yaitu :
1. Gesekan udara
bergantung bentuk benda
2.
Gesekan udara bergantung kekentalan udara saat itu (Nilainya tentu
berbeda tergantung suhu, ketinggian, tekanan udara, dll.)
3. Gesekan udara bergantung pada
kecepatan benda, semakin cepat benda bergerak, maka gaya gesekan akan
semakin besar
Ada satu gaya lagi yang mempengaruhi
gerak GJB, yaitu gaya Archimedes (gaya angkat) oleh udara kepada benda.
Melalui gabungan ketiga gaya ini (gaya berat - gaya archimedes - gaya
gesekan) kita bisa menurunkan rumus kecepatan terminal seperti yang ada
di buku-buku Fisika SMA. Tetapi harap diperhatikan, jika fluidanya
adalah udara, maka efek gaya Archimedes bisa diabaikan karena nilai
gaya angkatnya terlalu kecil untuk kasus GJB, karena nilai massa jenis
udara yang sangat kecil dibandingkan massa jenis benda. Nilai massa
jenis udara secara rata-rata adalah 1,3 kg/m^3, bandingkan dengan massa
jenis air misalnya yang bernilai 1000 kg.m^3. Jadi dalam kasus benda
jatuh di udara secara GJB, efek gaya Archimedes bisa diabaikan.
Persoalan kecepatan jatuh benda pada pembahasan di fluida
statis SMA adalah dengan mencari kecepatan terminalnya, dan rumus
turunannya sudah ada, tinggal dipakai saja. Tetapi jika kita ingin
meninjau gerakan benda sebelum benda mencapai kecepatan terminalnya,
maka kita akan bertemu dengan persoalan fisika dan matematika yang
lebih rumit sedikit (sedikit???).
Seperti
semua permasalahan mekanika yang terkait dengan gerakan, para ahli
fisika akan merasa puas jika sudah memperoleh persamaan kecepatan
terhadap waktu dan persamaan posisi terhadap waktu. Sepertinya semua
gerakan benda akan terjawab dan terramalkan jika dua persamaan dasar
tersebut sudah diperoleh (kadang-kadang ditambahkan dengan persamaan
percepatan). Inilah permasalahan yang akan kita otak-atik sedikit
(sedikit???). Permasalahannya adalah kita harus dapat menentukan fungsi
kecepatan terhadap waktu dan fungsi jarak terhadap waktu dari kasus
GJB yang diperhitungkan gaya gesekannya. Tentu saja caranya bukan
memodifikasi rumus GJB yang biasa dipakai di SMA, tetapi harus kembali
kepada rumus sumber gerakan benda, rumus apakah itu? Ya anda benar!
Haruslah kembali kepada perumusan Hukum Newton II. Wooowww....
Mari kita tinjau benda berbentuk bola yang bergerak jatuh
bebas di udara dengan asumsi dasar v(0) = 0 dan x(0) = 0. Karena
nilai-nilai yang lain berupa nilai yang tetap (mis: kekentalan udara
dan jari-jari bola), maka kita bisa menuliskan gaya gesekan udara
adalah :
f = k.v
Jadi, melalui diagram gaya benda jatuh bebas, kita bisa
membuka hukum Newton 2 sbb :
Sigma F = m.a
W - f = m.a
m.g - k.v = m.a
Nah, disini kita bertemu dengan persamaan yang mengandung v
dan a, persamaan ini sulit untuk dikerjakan, karena itu kita akan
kembali kepada perumusan a = dv/dt, jadi :
Sigma F = m.dv/dt
m.g - k.v = m.dv/dt
dv/(m.g - k.v) = dt/m
Walah... ketemu persamaan diferensial nih, so, siapkan
senjata-senjata kalkulus kita, serbuuuu.... bom aja pake integral
....., jeleggeeeerrr....., maka persamaannya akan menjadi :
- 1/k ln (m.g - k.v) = 1/m .t + C
ln (m.g - k.v) = - k/m . t + C
m.g - k.v = e^(- k/m . t + C)
k.v = m.g - C.e^(-k/m . t)
v(t) = m.g/k - C.e^(-k/m . t)
Karena kasusnya adalah GJB, so...
v(0) = 0, jadi tinggal tembak aja persamaan terakhir tersebut dengan
keadaan awalnya, maka matilah beberapa variabel sehingga yang masih
hidup dan menjadi sandera kita hanyalah :
C = m.g/k
Sandera yang masih hidup ini jangan
ditahan terlalu lama, kembalikan lagi dong ke yang empunya, maka :
v(t) = m.g/k - m.g./k.e^(-k/m . t)
v(t) = mg/k . (1 - e^(-k/m . t))
Than we found the equation of velocity
through the time. Tuntas deh misi yang pertama, hehehe...
Misi
kedua adalah : Menemukan persamaan jarak (x) terhadap waktu (t) yang
tersembunyi dengan ketat! Dengan meninjau lokasi musuh, ternyata
diperoleh hal yang sangat standar saja, yaitu :
v(t) =
dx/dt
dx/dt = mg/k . (1 - e^(-k/m . t))
Tinggal gunakan strategi yang sama,
yaitu bom pake integral dan tembak keadaan awalnya, temukan sandera dan
kembalikan ke yang empunya, maka bisa diperoleh (Kerjakan sebagai
latihan ya...) :
x(t) = (m.g/k).t - (m^2.g/k^2).(1 -
e^(-k/m . t))
Mission is Completed!!!
Kalau kita mau menguji kebenaran persamaan yang kita
peroleh, maka interogasilah persamaan v(t) dengan cara lain, yaitu
dengan deret dari e^-x :
e^(-x) = 1 - x + (x^2)/2! - (x^3)/3! + (x^4)/4! - ...
Jadi :
e^(-kt/m) = 1 - (kt/m) + (k^2.t^2 /
m^2)/2! - (k^3.t^3 / m^3)/3! + (k^4.t^4 / m^4)/4! - ...
Masukkan nilai ini ke persamaan kecepatan yang sudah susah
payah kita peroleh :
v(t) = mg/k . (1 - (1 - (kt/m) +
(k^2.t^2 / m^2)/2! - (k^3.t^3 / m^3)/3! + (k^4.t^4 / m^4)/4! - ...))
Ambil k = 0, artinya tidak ada gaya gesekan udara, so we
get :
v(t) = g.t
Kembali deh ke persamaan GJB SMA yang tanpa gaya gesekan
udara. Kemudian kita interogasi persamaan x(t) dengan deret yang sama
dan ambil k = 0, maka diperoleh :
x(t) =
1/2.g.t^2
Kembali deh ke persamaan GJB SMA yang
tanpa gaya gesekan udara.
That's
mean... we are in the right way.
Jadi, dua persamaan sakti untuk GJB + gaya gesek udara
adalah :
v(t) = mg/k . (1 -
e^(-k/m . t))
x(t) = (m.g/k).t - (m^2.g/k^2).(1 - e^(-k/m . t))
Ingatlah bahwa persamaan tersebut hanya untuk benda
berbentuk bola saja dengan nilai k = 6.pi.r.eta
Sekarang mari kita mencari kecepatan terminal benda.
Kembali ke persamaan awal dari Hukum Newton, syarat kecepatan terminal
(vT) adalah kecepatan konstan sehingga berlaku Hukum newton I, yaitu :
Sigma F = 0
W - f = 0
m.g - k.vT = 0
vT = m.g/k
Kapankah benda mencapai kecepatan
terminalnya? Masukkan nilai vT ini ke dalam persamaan kecepatan yang
sudah kita peroleh dengan susah payah tersebut :
vT = mg/k . (1 - e^(-k/m . t))
mg/k = mg/k . (1 - e^(-k/m . t))
1 - e^(-k/m . t) = 1
e^(-k/m . t) = 0
t memperoleh hasil tak berhingga (artinya x juga tak berhingga)
Lho? Artinya benda tidak akan pernah mencapai kecepatan
terminalnya, paling hanya mendekati saja ??? Hehehe, coba pikirkan
sendiri jawabannya mengapa demikian....
Let's
practise...
Benda dengan berat 8 newton dijatuhkan
dari suatu ketinggian tertentu, yang berawal dari keadaan diam. Jika
kecepatan benda jatuh itu v dan percepatan gravitasi Bumi g = 10 m/s^2
dan gaya gesekan udara adalah -2v.
Carilah :
Carilah :
a. Persamaan kecepatan dan persamaan posisi benda
b.
Kecepatan terminal benda
c.
Kecepatan dan jarak benda setelah 1 detik
d. Kecepatan dan jarak benda setelah 2
detik
e. Kecepatan dan
jarak benda setelah 3 detik
f.
Kecepatan dan jarak benda setelah 4 detik
g. Kecepatan dan jarak benda setelah 5
detik
h. Selisih jarak
x(2) - x(1) lalu x(3) - x(2), lalu x(4) - x(3) dan x(5) - x(4)
i. KESIMPULAN : kapankah kecepatan bisa
dianggap GLB?
JAWAB :
a. v(t) = 4(1 - e^(-2,5t))
x(t) = 4t - 1,6(1 - e^(-2,5t))
b. Kecepatan terminal vT = mg/k = 4 m/s
c. v(1) = 3,672 m/s ; x(1) = 2,5313 m
d. v(2) = 3,973 m/s ; x(2) = 6,41078 m
e. v(3) = 3,99778766 m/s ; x(3) = 10,40088 m
f. v(4) = 3,9998184002 m/s ; x(4) = 14,4000726 m
g. v(5) = 3,999985093 m/s ; x(5) = 18,40000596 m
h. x(2) - x(1) = 3,87944 m
x(3) - x(2) = 3,990104 m
x(4) - x(3) = 3,9991877 m
x(5) - x(4) = 3,9999333 m
Jadi kecepatan semakin mendekati GLB
i. KESIMPULAN : Kecepatan bisa dianggap GLB tergantung ketelitian yang mau diambil. jika kita memakai ketelitian dua angka belakang koma, maka pada sekitar detik kedua dan ketiga kecepatan sudah bisa dianggap GLB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar